Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa, karena berkat
perkenaanNyalah maka penulisan makalah dengan judul; “Patofisiologi
Glomerulonefritis Akut ”, dapat kami selesaikan dengan baik dan tidak kurang
sesuatu apapun.
Terima
kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan tugas makalah ini. Kami sangat menyadari sungguh bahwa materi
yang kami sususn ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran yang merupakan masukan bagi kami
demi penyempurnaan penyusunan makalah ini agar dapat tersaji dengan lebih baik
lagi, sehingga dapat bermanfaat bagi kita sekalian.
Akhirnya
harapan kami kiranya sajian makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian
terutama kepada rekan-rekan mahasiswa.
Ambon,12 Maret 2011
Penulis
KONSEP TEORI
A. GLOMERULONEFRITIS AKUT
I. Defenisi
GNA adalah inflamasi glomeruli yang
terjadi ketika kompleks antigen-antibodi
terjebak dalam membran kapiler glomerular.
II. Etiologi
Penyakit ini ditemukan pada
semua usia, tetapi sering terjadi pada usia awal sekolah dan jarang pada anak
yang lebih muda dari 2 tahun, lebih banyak pria dari pada wanita (2 : 1).
Timbulnya
GNA didahului oleh infeksi ekstra renal, terutama di traktus respiratorius
bagian atas dan kulit oleh kuman streptokokkus beta hemolitikus gol A. Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah
factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan factor alergi.
III. Gambaran Klinik
Hasil penyelidikan klinis immunologis dan percobaan pada binatang
menunjukkan adanya kemungkinan proses immunologis sebagai penyebab. Beberapa penyelidik mengajukan hipotesis
sebagai berikut :
1.
Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat
pada membran basalis glomerulus dan kemudian merusaknya.
2.
Proses autoimmune kuman streptokokkus yang nefritogen
dalam tubuh menimbulkan badan autoimmune yang merusak glomerulus.
3.
Streptokokkus nefritogen dan membran basalis glomerulus
mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak
membran basalis ginjal.
IV. Gejala Klinik
Gejala yang sering ditemukan :
1.
Hematuri
2.
Edema
3.
Hipertensi
4.
Peningkatan suhu badan
5.
Mual, tidak ada nafsu makan
6.
Ureum dan kreatinin meningkat
7.
oliguri dan anuria
V.
Komplikasi
1.
Oliguri sampai anuria sebagai akibat berkurangnya
filtrasi glomerulus.
2.
Esefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum
karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan pada penglihatan, pusing, muntah, dan
kejang-kejang. Hal ini disebabkan spasme pembuluh darah local dengan anoksia
dan edema otak.
3.
Gangguan sirkulasi berupa dispneu, orthopneu, terdapat
ronchi basah, pembesaran jantung dan
meningkatnya TD yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, tetapi juga
disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi
Gagal Jantung akibat HT yang menetap dan kelainan di miocardium.
4.
Anemia karena adanya hipervolemia disamping adanya
sintesis eritropoetik yang menurun.
Patofisiologi glomerulonefritis
Sebenarnya bukan
sterptokokus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal. Diduga terdapat suatu
antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khsus yang merupakan unsur
membran plasma sterptokokal spesifik. Terbentuk kompleks antigen-antibodi
didalam darah dan bersirkulasi kedalam glomerulus tempat kompleks tersebut
secara mekanis terperangkap dalam membran basalis.selanjutnya komplomen akan
terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit
polimorfonuklear (PMN) dan trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan
pelepasan enzim lisosom juga merusak endothel dan membran basalis glomerulus
(IGBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbu proliferasi sel-sel
endotel yang diikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel. Semakin
meningkatnya kebocoran kapiler gromelurus menyebabkan protein dan sel darah
merah dapat keluar ke dalam urine yang sedang dibentuk oleh ginjal, mengakibatkan
proteinuria dan hematuria. Agaknya kompleks komplomen antigen-antibodi inilah
yang terlihat sebagai nodul-nodul subepitel pada mikroskop elektron dan sebagai
bentuk granular dan berbungkah-bungkah pada mikroskop imunofluoresensi, pada
pemeriksaan cahaya glomerulus tampak membengkak dan hiperseluler disertai
invasi PMN.
Menurut penelitian yang
dilakukan penyebab infeksi pada glomerulus akibat dari reaksi hipersensivitas
tipe III. Kompleks imun (antigen-antibodi yang timbul dari infeksi) mengendap
di membran basalis glomerulus. Aktivasi kpmplomen yang menyebabkan destruksi
pada membran basalis glomerulus.11
Kompleks-kompleks ini
mengakibatkan kompelen yang dianggap merupakan mediator utama pada cedera. Saat
sirkulasi melalui glomerulus, kompleks-kompleks ini dapat tersebar dalam
mesangium, dilokalisir pada subendotel membran basalis glomerulus sendiri, atau
menembus membran basalis dan terperangkap pada sisi epitel. Baik antigen atau
antibodi dalam kompleks ini tidak mempunyai hubungan imunologis dengan komponen
glomerulus. Pada pemeriksaan mikroskop elektron cedera kompleks imun, ditemukan
endapan-endapan terpisah atau gumpalan karateristik paa mesangium, subendotel,
dan epimembranosa. Dengan miskroskop imunofluoresensi terlihat pula pola
nodular atau granular serupa, dan molekul antibodi seperti IgG, IgM atau IgA
serta komponen-komponen komplomen seperti C3,C4 dan C2 sering dapat
diidentifikasi dalam endapan-endapan ini. Antigen spesifik yang dilawan oleh
imunoglobulin ini terkadang dapat diidentifikasi.
Hipotesis lain yang
sering disebut adalah neuraminidase yang dihasilkan oleh Streptokokus,
merubah IgG menjadi autoantigenic. Akibatnya, terbentuk autoantibodi
terhadap IgG yang telah berubah tersebut. Selanjutnya terbentuk komplek imun
dalam sirkulasi darah yang kemudian mengendap di ginjal.7
Streptokinase yang
merupakan sekret protein, diduga juga berperan pada terjadinya GNAPS.
Sreptokinase mempunyai kemampuan merubah plaminogen menjadi plasmin. Plasmin
ini diduga dapat mengaktifkan sistem komplemen sehingga terjadi cascade dari
sistem komplemen.7
Pola respon jaringan
tergantung pada tempat deposit dan jumlah kompleks yang dideposit. Bila
terutama pada mesangium, respon mungkin minimal, atau dapat terjadi perubahan
mesangiopatik berupa ploriferasi sel-sel mesangial dan matrik yang dapt meluas
diantara sel-sel endotel dan membran basalis,serta menghambat fungsi filtrasi
simpai kapiler. Jika kompleks terutama terletak subendotel atau subepitel, maka
respon cenderung berupa glomerulonefritis difusa, seringkali dengan pembentukan
sabit epitel. Pada kasus penimbunan kronik komplek imun subepitel, maka respon
peradangan dan proliferasi menjadi kurang nyata, dan membran basalis glomerulus
berangsur- angsur menebal dengan masuknya kompleks-kompleks ke dalam membran basalis
baru yang dibentuk pada sisi epitel.
Mekanisme yang
bertanggung jawab terhadap perbedaan distribusi deposit kompleks imun dalam
glomerulus sebagian besar tidak diketahui, walaupun demikian ukuran dari
kompleks tampaknya merupakan salah satu determinan utama. Kompleks-kompleks
kecil cenderung menembus simpai kapiler, mengalami agregasi, dan berakumulasi
sepanjang dinding kapiler do bawah epitel, sementara kompleks-kompleks
berukuran sedang tidak sedemikian mudah menembus membran basalis, tapi masuk ke
mesangium. Komplkes juga dapat berlokalisasi pada tempat-tempat lain.
Jumlah antigen pada
beberapa penyakit deposit kompleks imun terbatas, misal antigen bakteri dapat
dimusnahkan dengan mekanisme pertahanan penjamu atau dengan terapi spesifik.
Pada keadaan demikian, deposit kompleks-kompleks imun dalam glomerulus terbatas
dan kerusakan dapat ringan danberlangsung singkat, seperti pada
glomerulonefritis akut post steroptokokus.1,2
Hasil penyelidikan
klinis – imunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan adanya kemungkinan
proses imunologis sebagai penyebab. Beberapa penyelidik mengajukan hipotesis
sebagai berikut :
- Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrana basalis glomerulus dan kemudian merusaknya.
- Proses auto-imun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus.
- Streptococcus nefritogen dan membran basalis glomerulus mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membrana basalis ginjal.
GNA
(GLOMERULONEFRITIS AKUT) Patogenesis
Terhadap Penyimpangan KDM
Terjadinya
Peradangan Kompleks
Antigen-Antibodi
di Kapiler
Glomerulus Terbentuk 7-10 hari stlh infeksi faring/kulit oleh
streptokokus
Menarik SDP+Trombosit
ke
Glomerulus Terjadinya
suatu Peradangan Ke Suhu tubuh
Terjadi Proses Peradangan
Pengaktifan
Komplement
-Terjadinya Proses Koagulasi
Pengendapan fibrin
-Pembtkan Jar.Parut
-Hilangnya f/ Glomerulus
-Membran Glomerulus menebal
GFR Menurun
Ke Aliran Darah ke Ginjal
Permiabilitas
Kapiler Meningkat
Protein-protein Plasma & SDM bocor Ggn Perfusi Jar
Melalui
glomerulus
Membran
Glomerulus rusak
Terjadi
Pembengkakan(edema) di ruang
Intestinum Bowman
Ggn Integritas Kulit
Tekanan
Intestinum meningkat
Glomerulus Kolaps
Retensi Cairan Defisit Vol.cairan TubuDaftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar