Senin, 13 Februari 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GLOMERULONEFRITIS


                                                                  Kata Pengantar


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa, karena berkat perkenaanNyalah maka penulisan makalah dengan judul; “Patofisiologi Glomerulonefritis Akut ”, dapat kami selesaikan dengan baik dan tidak kurang sesuatu apapun.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Kami sangat menyadari sungguh bahwa materi yang kami sususn ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran yang merupakan masukan bagi kami demi penyempurnaan penyusunan makalah ini agar dapat tersaji dengan lebih baik lagi, sehingga dapat bermanfaat bagi kita sekalian.
Akhirnya harapan kami kiranya sajian makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian terutama kepada rekan-rekan mahasiswa.
                                          
                                              



Ambon,12 Maret 2011


                                                                                                                              Penulis






                                                               KONSEP TEORI



A.    GLOMERULONEFRITIS AKUT

I. Defenisi

           GNA adalah inflamasi glomeruli yang terjadi ketika kompleks antigen-antibodi  terjebak dalam membran kapiler glomerular.
II. Etiologi
                  Penyakit ini ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi pada usia awal sekolah dan jarang pada anak yang lebih muda dari 2 tahun, lebih banyak pria dari pada wanita (2 : 1).
      Timbulnya GNA didahului oleh infeksi ekstra renal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptokokkus beta hemolitikus gol A.  Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan factor alergi. 
III. Gambaran Klinik
Hasil penyelidikan klinis immunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan adanya kemungkinan proses immunologis sebagai penyebab.  Beberapa penyelidik mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1.      Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membran basalis glomerulus dan kemudian merusaknya.
2.      Proses autoimmune kuman streptokokkus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan badan autoimmune yang merusak glomerulus.
3.      Streptokokkus nefritogen dan membran basalis glomerulus mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membran basalis ginjal.

IV.  Gejala Klinik
       Gejala yang sering ditemukan :
1.      Hematuri
2.      Edema
3.      Hipertensi
4.      Peningkatan suhu badan
5.      Mual, tidak ada nafsu makan
6.      Ureum dan kreatinin meningkat
7.      oliguri dan anuria
V.    Komplikasi
1.      Oliguri sampai anuria sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus.
2.      Esefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi.  Terdapat  gejala berupa gangguan  pada penglihatan, pusing, muntah, dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan spasme pembuluh darah local dengan anoksia dan edema otak.
3.      Gangguan sirkulasi berupa dispneu, orthopneu, terdapat ronchi basah,  pembesaran jantung dan meningkatnya TD yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi Gagal Jantung akibat HT yang menetap dan kelainan di miocardium.                                      
4.      Anemia karena adanya hipervolemia disamping adanya sintesis eritropoetik yang menurun.

    





Patofisiologi glomerulonefritis

Sebenarnya bukan sterptokokus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal. Diduga terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khsus yang merupakan unsur membran plasma sterptokokal spesifik. Terbentuk kompleks antigen-antibodi didalam darah dan bersirkulasi kedalam glomerulus tempat kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam membran basalis.selanjutnya komplomen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit polimorfonuklear (PMN) dan trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endothel dan membran basalis glomerulus (IGBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbu proliferasi sel-sel endotel yang diikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel. Semakin meningkatnya kebocoran kapiler gromelurus menyebabkan protein dan sel darah merah dapat keluar ke dalam urine yang sedang dibentuk oleh ginjal, mengakibatkan proteinuria dan hematuria. Agaknya kompleks komplomen antigen-antibodi inilah yang terlihat sebagai nodul-nodul subepitel pada mikroskop elektron dan sebagai bentuk granular dan berbungkah-bungkah pada mikroskop imunofluoresensi, pada pemeriksaan cahaya glomerulus tampak membengkak dan hiperseluler disertai invasi PMN.
Menurut penelitian yang dilakukan penyebab infeksi pada glomerulus akibat dari reaksi hipersensivitas tipe III. Kompleks imun (antigen-antibodi yang timbul dari infeksi) mengendap di membran basalis glomerulus. Aktivasi kpmplomen yang menyebabkan destruksi pada membran basalis glomerulus.11
Kompleks-kompleks ini mengakibatkan kompelen yang dianggap merupakan mediator utama pada cedera. Saat sirkulasi melalui glomerulus, kompleks-kompleks ini dapat tersebar dalam mesangium, dilokalisir pada subendotel membran basalis glomerulus sendiri, atau menembus membran basalis dan terperangkap pada sisi epitel. Baik antigen atau antibodi dalam kompleks ini tidak mempunyai hubungan imunologis dengan komponen glomerulus. Pada pemeriksaan mikroskop elektron cedera kompleks imun, ditemukan endapan-endapan terpisah atau gumpalan karateristik paa mesangium, subendotel, dan epimembranosa. Dengan miskroskop imunofluoresensi terlihat pula pola nodular atau granular serupa, dan molekul antibodi seperti IgG, IgM atau IgA serta komponen-komponen komplomen seperti C3,C4 dan C2 sering dapat diidentifikasi dalam endapan-endapan ini. Antigen spesifik yang dilawan oleh imunoglobulin ini terkadang dapat diidentifikasi.
Hipotesis lain yang sering disebut adalah neuraminidase yang dihasilkan oleh Streptokokus, merubah IgG menjadi autoantigenic. Akibatnya, terbentuk autoantibodi terhadap IgG yang telah berubah tersebut. Selanjutnya terbentuk komplek imun dalam sirkulasi darah yang kemudian mengendap di ginjal.7
Streptokinase yang merupakan sekret protein, diduga juga berperan pada terjadinya GNAPS. Sreptokinase mempunyai kemampuan merubah plaminogen menjadi plasmin. Plasmin ini diduga dapat mengaktifkan sistem komplemen sehingga terjadi cascade dari sistem komplemen.7
Pola respon jaringan tergantung pada tempat deposit dan jumlah kompleks yang dideposit. Bila terutama pada mesangium, respon mungkin minimal, atau dapat terjadi perubahan mesangiopatik berupa ploriferasi sel-sel mesangial dan matrik yang dapt meluas diantara sel-sel endotel dan membran basalis,serta menghambat fungsi filtrasi simpai kapiler. Jika kompleks terutama terletak subendotel atau subepitel, maka respon cenderung berupa glomerulonefritis difusa, seringkali dengan pembentukan sabit epitel. Pada kasus penimbunan kronik komplek imun subepitel, maka respon peradangan dan proliferasi menjadi kurang nyata, dan membran basalis glomerulus berangsur- angsur menebal dengan masuknya kompleks-kompleks ke dalam membran basalis baru yang dibentuk pada sisi epitel.
Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap perbedaan distribusi deposit kompleks imun dalam glomerulus sebagian besar tidak diketahui, walaupun demikian ukuran dari kompleks tampaknya merupakan salah satu determinan utama. Kompleks-kompleks kecil cenderung menembus simpai kapiler, mengalami agregasi, dan berakumulasi sepanjang dinding kapiler do bawah epitel, sementara kompleks-kompleks berukuran sedang tidak sedemikian mudah menembus membran basalis, tapi masuk ke mesangium. Komplkes juga dapat berlokalisasi pada tempat-tempat lain.
Jumlah antigen pada beberapa penyakit deposit kompleks imun terbatas, misal antigen bakteri dapat dimusnahkan dengan mekanisme pertahanan penjamu atau dengan terapi spesifik. Pada keadaan demikian, deposit kompleks-kompleks imun dalam glomerulus terbatas dan kerusakan dapat ringan danberlangsung singkat, seperti pada glomerulonefritis akut post steroptokokus.1,2
Hasil penyelidikan klinis – imunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab. Beberapa penyelidik mengajukan hipotesis sebagai berikut :
  1. Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrana basalis glomerulus dan kemudian merusaknya.
  2. Proses auto-imun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus.
  3. Streptococcus nefritogen dan membran basalis glomerulus mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membrana basalis ginjal.








GNA (GLOMERULONEFRITIS AKUT)  Patogenesis Terhadap Penyimpangan KDM



Terjadinya Peradangan Kompleks
Antigen-Antibodi di Kapiler
                                                      Glomerulus   Terbentuk 7-10 hari stlh infeksi                                                            faring/kulit  oleh  streptokokus


Menarik SDP+Trombosit
 ke Glomerulus                    Terjadinya suatu Peradangan             Ke  Suhu tubuh


 
Terjadi Proses Peradangan
Pengaktifan Komplement
-Terjadinya Proses Koagulasi
  Pengendapan fibrin
-Pembtkan Jar.Parut
-Hilangnya f/ Glomerulus
-Membran Glomerulus menebal


 



GFR Menurun


 
Ke  Aliran Darah ke Ginjal   


 


Permiabilitas Kapiler Meningkat


 


Protein-protein Plasma & SDM bocor           Ggn Perfusi Jar
Melalui glomerulus         


 


Membran Glomerulus rusak


 


Terjadi Pembengkakan(edema) di ruang
Intestinum Bowman                            Ggn Integritas Kulit


 


Tekanan Intestinum meningkat


 


Glomerulus Kolaps

Retensi Cairan                  Defisit Vol.cairan TubuDaftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar