A.
KONSEP DASAR KECEMASAN
I. Defenisi
Kecemasan adalah
ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan
terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak
diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman
sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan
yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas
sistem syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering
ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Kusuma W, 1997).
Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak
diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual (Kaplan, Sadock, 1997).
II. Klasifikasi Tingkat Kecemasan
Ada empat
tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Townsend, 1996).
- Kecemasan ringan; Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
- Kecemasan sedang; Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.
- Kecemasan berat; Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
4.
Panik; Panik
berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan
kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah
bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren,
tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit,
mengalami halusinasi dan delusi
III. Etiologi
Kecemasan di sebabkan oleh beberapa factor yang dapat dijelaskan oleh
beberapa teori berikut :
a.
Teori
Psikodinamik
Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik
psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk
mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan
menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan,
maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami
sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku
ritualistik. Konsep psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa
kecemasan timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar
yang pertama kali. Saat itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu
memberikan respon terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan
pertama. Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari Id untuk
menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka
terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan
sangsi dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut
ditekan dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh
waktu, sering tidak realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke
permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun, desakan Id
meningkat dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan
berikutnya (Prawirohusodo, 1988)
b. Teori Perilaku
Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap
stimulus khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon
kondisi untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil
frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan
yang di inginkan.
c.Teori Interpersonal
Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar
individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga.
d.
Teori Keluarga
Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat
adanya konflik dalam keluarga.
e.
Teori Biologik
Beberapa kasus kecemasan,merupakan suatu perhatian terhadap proses
fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik
atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk
kecemasan sekunder (Rockwell cit stuart & sundeens, 1998).
f. Faktor Predisposisi Kecemasan
Setiap perubahan dalam kehidupan atau peristiwa kehidupan yang dapat
menimbulkan keadaan stres disebut stresor. Stres yang dialami seseorang dapat
menimbulkan kecemasan, atau kecemasan merupakan manifestasi langsung dari stres
kehidupan dan sangat erat kaitannya dengan pola hidup (Wibisono, 1990).
IV.
Gejala Klinik
Penderita yang
mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi dalam
beberapa fase, yaitu :
a. Fase 1
Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh
mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya).
Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan
sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin.
Oleh karena itu,
maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan,
terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk
berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan
menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari
kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan
mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini
kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan
kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara
benar (Asdie, 1988).
b. Fase 2 (dua)
Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah,
ketegangan otot, gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak
bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985).
Labilitas emosi
dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian
menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui.
Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan
tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan
motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan
barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya
melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988).
c. Fase 3
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor
tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda
dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di
identifikasi kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya
berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya
dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti :
intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap
sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap
sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).
V.
Komplikasi
- Kardio vaskuler; Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.
- Respirasi; napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
- Kulit: perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.
- Gastro intestinal; Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.
- Neuromuskuler; Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, , wajah tegang, gerakan lambat.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
I.
Pengkajian
1. FAKTOR PEREDISPOSISI
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah :
a. Teori psikoanalitik
Ansietas merupakan konsep emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian Id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang,sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua element yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa perkembangan seperti kehilangan,perpisahan menyebabkan seseorang tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat.
c. Teori prilaku
Prilaku kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasanya ditemui dalam suatu keluarga.
e. Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines.reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas.
2. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi pada gangguan ansietas berasal dari sumber eksternal dan internal seperti dibawah ini :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis atau menurunya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap system diri seseorang dapat membahayakan identitas,harga diri,dan integrasi fungsi sosial.
3. PERILAKU
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan
4. SISTEM RESPON KARDIOVASKULER
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah :
a. Teori psikoanalitik
Ansietas merupakan konsep emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian Id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang,sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua element yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa perkembangan seperti kehilangan,perpisahan menyebabkan seseorang tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat.
c. Teori prilaku
Prilaku kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasanya ditemui dalam suatu keluarga.
e. Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines.reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas.
2. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi pada gangguan ansietas berasal dari sumber eksternal dan internal seperti dibawah ini :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis atau menurunya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap system diri seseorang dapat membahayakan identitas,harga diri,dan integrasi fungsi sosial.
3. PERILAKU
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan
4. SISTEM RESPON KARDIOVASKULER
• Jantung berdebar
• Rasa mau pingsan
• Rasa mau pingsan
• Napas cepat
• Pernapasan dangkal
• Rasa tertekan pada dada
• Pernapasan dangkal
• Rasa tertekan pada dada
• Peningkatan reflek
• Reaksi kejutan
• Insomnia
• Ketakutan
• Gelisah
• Wajah tegang
• Kelemahan secara umum
• Gerakan lambat
• Reaksi kejutan
• Insomnia
• Ketakutan
• Gelisah
• Wajah tegang
• Kelemahan secara umum
• Gerakan lambat
• Kehilangan nafsu makan
• Menolak makan
• Perasaan dangkal
• Rasa tidak nyaman pada abdominal
•Tidak dapat menahan kencing
• Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh
• Menolak makan
• Perasaan dangkal
• Rasa tidak nyaman pada abdominal
•Tidak dapat menahan kencing
• Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh
II.
Diagnosa
1.
Perubahan nutrisi berhubungan
dengan menurunnya nafsu makan
2. Ketidak berdayaan berhubungan dengan menurunnya kapasitas melakukan
aktifitas
3. Isolasi social berhubungan
dengan hilangnya rasa percaya diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar